Latar Belakang
Patologi sosial muncul sebagai akibat dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Salah satu faktor utamanya adalah kondisi ekonomi yang tidak merata, di mana kesenjangan antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Ketika seseorang mengalami kesulitan ekonomi, mereka mungkin terdorong untuk melakukan tindakan menyimpang seperti pencurian atau penipuan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Faktor keluarga juga memainkan peran penting dalam munculnya patologi sosial. Ketika sebuah keluarga tidak mampu memberikan pendidikan moral dan pengawasan yang baik kepada anak-anaknya, hal ini dapat mengarah pada perilaku menyimpang. Broken home atau perceraian orang tua sering kali membuat anak-anak kehilangan figur panutan dan mencari perhatian melalui cara-cara yang tidak tepat.
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Patologi Sosial
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya patologi sosial, yaitu:
1. Faktor Individu
Salah satu unit pengamatan dalam identifikasi masalah sosial adalah individu. Dalam hal ini ada atau tidak adanya gejala yang dianggap sebagai masalah sosial dilihat dari orang per orang sebagai anggota masyarakat. Sudah barang tentu yang dimaksudkan adalah perilakunya. Dengan mengamati perilaku individu dapat diidentifikasi apakah telah terjadi penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial serta standar sosial yang berlaku. Dalam pendekatan ini, masalah sosial ditandai dengan adanya sikap dan perilaku anggota masyarakat yang tidak mematuhi aturan-aturan kelompok.
Diantara upaya untuk menjelaskan latar belakang perilaku individu yang bertentangan dengan norma dan standar sosial, terdapat adanya pandangan yang menyatakan bahwa perilaku seseorang termasuk perilaku kriminal banyak dipengaruhi oleh bentuk dan struktur tubuh individu yang bersangkutan.
Sebagai contoh dari pandangan tersebut, dapat dikemukakan beberapa bentuk pengkajian yang dapat ditemukan dalam perbendaharaan studi masalah sosial seperti Physiognomi (studi tentang karakter manusia yang ditentukan oleh bentuk wajah), Phrenology (Studi tentang kemampuan mental yang ditentukan oleh konfigurasi tempurung kepala), Somatology (Studi tentang karakter manusia yang ditentukan oleh bentuk tubuh), Genetic Anomalies (sifat dan tingkah laku menyimpang yang disebabkan oleh masalah gene- tika termasuk kelainan kromosom) dan Brain Malfunction (perilaku menyimpang yang disebabkan oleh kelainan fungsi otak).
2. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang hubungan antar- anggotanya terdapat saling ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu, konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan. Konflik di dalam keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku oposisi atau ketidaksetujuan antara anggota keluarga. Prevalensi konflik dalam keluarga secara berturut-turut adalah konflik sibling, konflik orang tua-anak, berturut- dan konflik pasangan. Walaupun demikian, jenis konflik yang lain juga dapat muncul, misalnya menantu mertua, dengan saudara ipar dan paman/bibi, Faktor yang membedakan konflik di dalam keluarga dengan kelompok sosial yang lain adalah karakteris intensitas, kompleksitas, dan durasi.
Pada umumnya hubungan antara anggota keluarga merupakan jenis hubungan yang sangat dekat atau memiliki intensitas yang sangat tinggi. Keterikatan antara pasangan, orang tua-anak, atau sesama saudara berada dalam tingkat tertinggi dalam hal kelekatan, afeksi, maupun komitmen. Ketika masalah yang serius muncul dalam sifat hubungan yang demikian, perasaan positif yang selama ini dibangun secara mendalam dapat berubah menjadi perasaan negatif yang mendalam juga. Keluarga merupakan cermin utama bagi seorang anak. Faktor keluarga disini meliputi bagaimana orang tua dalam mendidik seorang anak, perhatian orang tua terhadap anak, interaksi orang tua dengan anak, keadaan ekonomi keluarga serta kepedulian orang tua terhadap anak tersebut. Disini orang tua sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak untuk menjadikan anak tumbuh dengan baik dan tidak terjerumus ke dalam masalah sosial.
3. Faktor Lingkungan Sosial
Faktor sosial lingkungan, Menurut Soetomo (2010: 300) bahwa dalam lingkungan sosial sering terjadi kejadian yang tidak diinginkan karena mengandung unsur-unsur yang dianggap merugikan, baik dari segi fisik maupun non fisik bagi kehidupan bermasyarakat. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap munculnya masalah sosial. Pada dasarnya telah banyak disepakati, bahwa warga masyarakat sebagai individu mempunyai berbagaian dasar. Abraham Maslow mengidentifikasi kebutuhan tersebut sebagai berikut: shelter and sustenance, security, group support, esteem, respect, dan self actualization. Atas dasar kenyataan tadi, menjadi wajar apabila setiap orang mencoba dan berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.
Masalah akan timbul apabila usaha pemenuhan kebutuhan tersebut mendapat hambatan. Hambatan yang dimaksud dapat berasal dari aspek individual dan dapat pula dari aspek struktural. Contoh hambatan dari aspek struktural adalah apabila struktur masyarakat tidak menjamin distribusi penguasaan resources dan power. Hal itu akan mengakibatkan warga masyarakat tertentu merasa terhambat dalam mengimbangkan potensi dan kapasitas dirinya yang disebabkan kurang dimilikinya prestise dan power tersebut.
4. Faktor Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ekonomi menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi manusia. Ketika seseorang merasa terdesak secara finansial, pikiran dan perasaannya dipenuhi oleh kekhawatiran yang mendalam tentang kelangsungan hidupnya. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dapat mengubah cara berpikir dan bertindak seseorang secara signifikan. Keterbatasan sumber penghasilan seringkali memaksa individu untuk keluar dari zona nyamannya dan mempertimbangkan berbagai cara untuk mendapatkan uang.
Pada titik tertentu, seseorang yang biasanya memegang teguh nilai-nilai moral dapat tergoda untuk melanggar batas-batas etika demi memenuhi kebutuhan mendesaknya.
Dorongan untuk bertahan hidup bisa mengalahkan pertimbangan rasional dan norma sosial yang selama ini dijunjung tinggi. Nafsu untuk memperoleh penghasilan dapat mendorong orang untuk menghalalkan segala cara. Beberapa individu mungkin memilih jalur ilegal seperti pencurian, penipuan, atau tindakan kriminal lainnya. Yang lain mungkin memilih cara-cara abu-abu yang sulit dibuktikan secara hukum, seperti memanfaatkan celah sistem atau melakukan manipulasi yang merugikan pihak lain. Motivasi utamanya sederhana yaitu mendapatkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup. Fenomena ini sebenarnya mencerminkan ketidakadilan struktural dalam sistem ekonomi.
Kesenjangan sosial yang tajam, minimnya lapangan pekerjaan, dan distribusi kesejahteraan yang tidak merata membuat sebagian orang merasa terjepit. Mereka tidak melihat alternatif lain selain melakukan tindakan di luar batas normalitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap tindakan selalu memiliki konsekuensi. Cara-cara tidak bermoral pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. Kehilangan kepercayaan sosial, sanksi hukum, dan beban psikologis adalah harga yang harus dibayar. Oleh karena itu, solusi jangka panjang terletak pada pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan pemerataan kesejahteraan yang dapat memberikan harapan dan kesempatan bagi setiap individu untuk hidup lebih layak dan bermartabat.
KESIMPULAN
Permasalahan ekonomi menjadi akar utama yang mendorong munculnya berbagai bentuk penyimpangan sosial. Ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup dapat memicu tindakan-tindakan yang melanggar norma dan hukum. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis, di mana kurangnya pengawasan dan pendidikan moral dalam keluarga membuat seseorang lebih rentan terjerumus dalam perilaku menyimpang. Perkembangan teknologi dan media sosial di era modern telah membawa dampak yang signifikan terhadap perubahan perilaku masyarakat. Meskipun memberikan banyak kemudahan, teknologi juga dapat menjadi pemicu munculnya berbagai masalah sosial baru, terutama ketika tidak digunakan dengan bijak.
Tags
Sosial