Latar Belakang
Di sebuah desa kecil bernama Desa Pardamean, terletak di Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, suasana demokrasi mulai terasa menghangat menjelang pemilihan kepala daerah. Desa yang terletak di antara perbukitan hijau ini memiliki penduduk yang mayoritas berasal dari suku Batak, dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan pedagang kecil. Masyarakat Desa Pardamean selalu antusias menyambut setiap momentum pergantian kepemimpinan, karena mereka percaya bahwa pemimpin yang baik akan membawa perubahan positif bagi kehidupan mereka.
PEMBAHASAN
Menjelang hari pencoblosan, suasana Desa Pardamean terasa berbeda. Udara pagi yang masih dingin tidak menyurutkan semangat warga untuk mempersiapkan diri menghadiri pesta demokrasi. Para lansia yang biasanya duduk santai di beranda rumah kini sudah rapi berpakaian. Diskusi ringan tentang calon kepala daerah menghiasi setiap sudut warung kopi dan pertemuan informal warga. Masyarakat Desa Pardamean memiliki karakteristik sosial-politik yang unik. Mayoritas penduduk adalah suku Batak Toba dengan ikatan kekeluargaan yang kuat. Mereka memiliki kesadaran politik yang tinggi, tidak sekadar menggunakan hak pilih, tetapi juga memahami secara mendalam konteks dan implikasi setiap pilihan politik yang mereka ambil.
Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Perpustakaan Saroha tampak dipercantik dengan bendera-bendera kecil dan hiasan sederhana. Para petugas KPPS, yang mayoritas adalah pemuda desa, telah mempersiapkan segala keperluan sejak sebelum hari pencoblosan. Mereka mengenakan baju putih sebagian petugas yang lain mengenakan baju batik dan mereka mengenakan celana hitam dan untuk perempuan memakai rok hitam kemudian memakai jilbab warna merah maron, menandakan peran mereka sebagai penyelenggara pemilu. Meja dan kotak suara ditata rapi, formulir-formulir keperluan pemungutan suara disusun dengan teliti, mencerminkan profesionalisme meskipun dalam kesederhanaan.
Pukul enam pagi, warga sudah mulai berdatangan. Mereka datang berkelompok, ada yang berjalan kaki, sebagian menggunakan motor, dan beberapa lansia dibantu keluarganya. Antrian terbentuk dengan tertib, tanpa terlihat adanya ketegangan atau konflik. Justru suasana kekeluargaan yang khas masyarakat desa mendominasi suasana. Para pemilih saling menyapa, berbincang ringan sambil menunggu giliran mencoblos. Proses pemberian suara berjalan lancar. Setiap warga desa yang memiliki hak pilih dilayani dengan ramah oleh petugas KPPS. Mereka dibantu untuk memahami tata cara mencoblos, memastikan tidak ada kesalahan yang dapat membatalkan suara mereka. Anak-anak yang ikut mendampingi orangtua tampak antusias, seperti sedang mengikuti sebuah upacara penting dalam kehidupan bermasyarakat. Menarik untuk diamati, di Desa Pardamean, pemilihan kepala daerah bukan sekadar prosesi politik belaka. Ini adalah momen untuk mempererat tali silaturahmi. Setelah mencoblos, warga tidak langsung pulang. Mereka berkumpul mendiskusikan harapan terhadap calon pemimpin baru. Lansia berbagi cerita masa lalu, pemuda membandingkan visi para calon, sementara anak-anak bermain di sekitar lokasi pemungutan suara. Proses penghitungan suara dilakukan secara transparan dan terbuka. Di hadapan puluhan pasang mata warga, panitia membuka kotak suara dengan hati-hati. Setiap lembar surat suara dihitung dengan teliti, diumumkan dengan suara keras agar semua warga dapat mendengar. Tidak ada kesan menutupi atau berbuat curang, hanya kejujuran dan keterbukaan yang ditunjukkan. Seusai pengumuman hasil, para pendukung kandidat yang tidak menang tidak memperlihatkan sikap permusuhan. Tradisi berjabat tangan, saling mendoakan, dan menjaga kerukunan tetap terjaga dengan baik. Mereka yakin bahwa perbedaan pilihan tidak boleh membuat hubungan sosial menjadi retak.
KESIMPULAN
Proses pemilihan kepala daerah di Desa Pardamean, Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa demokrasi dapat hidup dengan subur di tingkat akar rumput. Transparansi, partisipasi aktif, dan semangat kekeluargaan menjadi modal utama dalam setiap proses politik. Kemudian bukan hanya sekedar pemberian suara, melainkan momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan membangun masa depan bersama. Masyarakat Pardamean telah membuktikan bahwa demokrasi bukanlah sekedar prosedur, melainkan budaya yang hidup dan berkelanjutan.
Mereka menunjukkan bahwa perbedaan pilihan politik tidak harus menimbulkan perpecahan, melainkan dapat menjadi energi positif untuk membangun masa depan bersama. Inilah potret demokrasi di pedalaman Tapanuli Selatan yang patut diapresiasi, di mana setiap warga memiliki kesempatan untuk berkontribusi, berpendapat, dan menentukan arah kehidupan bersama dengan penuh martabat. Semangat gotong royong, kejujuran, dan kebersamaan mewarnai setiap tahapan pemilihan, menunjukkan bahwa demokrasi yang sehat bermula dari desa-desa kecil nan damai seperti Pardamean.
Tags
Sosial